My Story

Pernah gak sih kamu ngerasain suka sama sahabat sendiri? Kalo pernah berarti kamu udah ngerasain apa yang sekarang aku rasakan. Rasanya gak enaaaaak banget. Hati ini sakit sakit rasanya. Ketika kamu dan dia saling berbagi suka dan duka atas nama persahabatan. Saat dia selalu ada untukmu. Saat dia selalu bisa membuatmu tersenyum, menghiburmu ketika kau bersedih. Hingga dia membuatmu sangat berarti di dunia ini. Tapi ketika tiba-tiba saja ada satu rasa yang diam-diam hadir di hatimu, tanpa kau sadari, tanpa kau minta. Dan ketika kamu sadar bahwa itu adalah cinta, maka dunia seakan mau runtuh. Tidak mungkin kamu menyukai sahabatmu sendiri!!! Itu adalah sebuah kesalahan besar. Aku yang sangat menyayanginya, yang selalu ingin mendengar suaranya, yang selalu ingin melihatnya bahagia. Tapi akankah persahabatan itu rusak begitu saja hanya karena cinta??!! Sebenarnya aku belum yakin apakah rasa ini adalah rasa cinta. Mungkin saja bukan. Mungkin saja rasa ini hanyalah luapan kasih sayangku padanya yang begitu besar. Karena memang aku sangat menyayanginya. Tapi kalaupun rasa itu betul-betul rasa cinta, maka aku tidak akan pernah mau mengakuinya. Tidak mungkin aku mengakui kalau aku suka dengan sahabatku sendiri. Dan ketika aku semakin jauh darinya, hati ini rasanya mau menangis. Aku rindu pada suaranya, pada tawanya. Aku sangat sangat merindukannya. Lalu aku harus bagaimana?! Apakah aku harus meneleponnya dan berkata aku sangat merindukannya?! Tentunya tidak. Karena aku takut hati ini semakin sakit. Ketika kau mengawali sesuatu, maka kau harus siap dengan segala yang akan ditimbulkan oleh kelakuanmu. Lalu bagaimana dengan hati yang terlanjur luka ini?! Dia, sahabatku sendiri, telah berhasil memporakporandakan kepingan-kepingan hatiku. Dia sudah membuat lubang yang teramat besar di hatiku. Tapi sayangnya, dia tak memberikan obatnya padaku. Andai saja rasa ini tak hadir, andai saja aku bisa terus dekat dengannya, dan andai saja dia tetap ada untukku. Aku tak ingin apa-apa darinya. Yang aku inginkan hanyalah membuat ia bahagia. Kalau memang aku tak pantas menjadi sahabat untuknya, maka aku siap untuk tak mengganggu hari-harinya lagi. Karena sahabat yang baik adalah sahabat yang rela memberikan segala apa yang dia miliki untuk sahabatnya sekalipun ia harus menderita untuk itu.